Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengungkapkan harapannya agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu memberikan kontribusi keuntungan yang signifikan bagi negara. Ia menargetkan bahwa perusahaan pelat merah tersebut seharusnya dapat menghasilkan keuntungan sebesar 10% dari total nilai aset yang dimiliki, yang akan berdampak positif bagi perekonomian nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Prabowo saat membuka Musyawarah Nasional ke-6 partai PKS di Jakarta. Ia menegaskan pentingnya pengelolaan aset negara secara efektif untuk memaksimalkan manfaat bagi masyarakat dan negara, menyoroti potensi besar yang ada dalam aset yang dikelola oleh BUMN.
Prabowo juga berbicara mengenai nilai total aset yang dikelola oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danatara), yang mencapai sekitar US$ 1.060 miliar. Menurutnya, jika target tersebut dapat tercapai, negara akan memperoleh keuntungan hingga US$ 100 miliar setiap tahunnya.
Target Keuntungan yang Ambisius untuk BUMN di Indonesia
Dalam konteks ini, Prabowo mencatat bahwa seharusnya negara bisa memperoleh sekitar Rp 1.665 triliun dari aset yang dikelola. Dia menekankan bahwa jumlah tersebut sangat realistis dan dapat dicapai jika pengelolaan dilakukan secara optimal. Tentu saja, mencapai target ini bukanlah hal yang mudah.
Prabowo mengakui bahwa tingkat pengembalian aset (Return on Asset/RoA) yang dibutuhkan untuk mencapai keuntungan tersebut memang cukup tinggi. Meski demikian, dia tetap optimis bahwa dengan usaha yang tepat, perusahaan BUMN dapat meningkatkan RoA mereka menjadi 5%, yang sudah cukup untuk menghasilkan pendapatan signifikan bagi negara.
Dalam pandangannya, jika kita dapat mencapai RoA di angka 5%, negara kemungkinan besar tidak akan mengalami defisit anggaran. Dengan demikian, prabowo menyerukan agar semua pihak yang terlibat dalam BUMN bekerja keras untuk mencapai target ambisius ini.
Kondisi Saat Ini dan Harapan Masa Depan untuk BUMN
Saat ini, Prabowo menyoroti bahwa perusahaan BUMN masih belum mampu memberikan tingkat keuntungan sesuai harapan. Bahkan, tingkat RoA 3% pun belum bisa dicapai oleh banyak BUMN di Indonesia. Dia menyatakan dukungannya terhadap Danatara untuk melakukan transformasi yang diperlukan.
Pemerintah memberikan tenggat waktu tiga tahun bagi Danatara untuk menunjukkan perubahan. Dia optimis bahwa hasil yang positif akan terlihat dalam kurun waktu tersebut, dan berharap semua perusahaan pelat merah dapat berkontribusi pada perekonomian negara dengan cara yang lebih baik.
Prabowo percaya bahwa dengan tekad dan usaha keras, target-target ini bukan hanya impian semata, melainkan dapat diwujudkan dengan kolaborasi dan dukungan yang tepat dari semua pihak terkait. Dia yakin bahwa hasil dari transformasi yang dilakukan oleh Danatara akan memberikan dampak positif bagi seluruh sistem BUMN di Indonesia.
Kinerja Keuangan BUMN dan Tantangan yang Dihadapi
Tahun lalu, BUMN mencatatkan laba konsolidasian sebesar Rp 304 triliun. Meskipun angka ini menggembirakan, tetapi tetap jauh dari target yang diinginkan oleh Prabowo. Pencapaian tersebut memperlihatkan adanya ruang perbaikan yang sangat luas dalam pengelolaan kinerja keuangan BUMN.
Di antara 26 perusahaan pelat merah yang terdaftar di Bursa, hanya satu perusahaan yang berhasil mencapai RoA di atas 10%, yakni Aneka Tambang (ANTM). Keberhasilan ini terjadi berkat kenaikan harga emas global dan ekspansi usaha di sektor tambang nikel yang dijalani perusahaan tersebut.
Empat perusahaan lain berhasil mencapai RoA di rentang 5-10%, termasuk Timah (TINS) dan Bukit Asam (PTBA). Sayangnya, masih terdapat delapan perusahaan BUMN yang bahkan mencatatkan RoA negatif, menunjukkan perlunya pengelolaan yang lebih baik untuk memaksimalkan potensi yang ada.
ROA di atas 5% umumnya dianggap sehat untuk sebuah perusahaan, namun hal ini harus dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan di sektor yang sama. Tipe bisnis seperti software house yang memiliki aset lebih sedikit dapat memiliki RoA yang lebih tinggi dibandingkan industri yang memerlukan modal lebih besar, seperti produsen mobil. Oleh karena itu, pengukuran RoA sangat kontekstual dan membutuhkan analisis yang tepat.
Prabowo mengajak seluruh stakeholder untuk bersama-sama mendorong BUMN agar bergerak menuju arah yang lebih baik. Dengan adanya upaya kolektif dan fokus pada pengelolaan yang efisien, harapannya BUMN dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian dan meminimalisir defisit anggaran negara di masa mendatang.