Generasi Z atau Gen Z merupakan kelompok yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat. Mereka belajar menjalani kehidupan yang penuh pilihan, sehingga pandangan mereka terhadap berbagai aspek kehidupan pun sangat berbeda dari generasi sebelumnya.
Dalam konteks memiliki rumah, banyak di antara mereka yang tidak lagi menjadikan rumah sebagai simbol keberhasilan. Sebaliknya, mereka lebih menilai kualitas hidup melalui kebebasan finansial dan pengalaman yang didapat sepanjang perjalanan hidup.
Rumah, dalam pandangan Gen Z, bukan satu-satunya indikator dari kesuksesan. Mereka lebih mengutamakan pengalaman, seperti berpergian ke berbagai tempat, menjelajahi kuliner, dan mengembangkan diri melalui pendidikan atau bisnis.
Fleksibilitas menjadi kata kunci dalam kehidupan sehari-hari mereka. Banyak Gen Z memilih untuk tidak terikat dengan komitmen jangka panjang, seperti pembayaran cicilan rumah selama dua dekade, karena merasa lebih berharga memiliki pengalaman dibandingkan dengan memiliki properti tetap.
Selain itu, tantangan dari sisi finansial juga berperan besar. Proses pengajuan kredit pemilikan rumah sering kali rumit dan penuh syarat, sedangkan banyak di antara mereka yang belum memiliki skor kredit yang cukup baik untuk mendapatkan persetujuan.
Perubahan gaya hidup ini juga dipengaruhi oleh tren kerja jarak jauh yang semakin populer. Banyak Gen Z menemukan kebebasan untuk bekerja dari lokasi mana saja, sehingga mereka lebih memilih untuk menyewa tempat tinggal daripada harus terikat pada satu lokasi tertentu.
Mengapa Memiliki Rumah Tak Lagi Jadi Prioritas bagi Gen Z?
Masyarakat sering beranggapan bahwa memiliki rumah adalah simbol dari kesuksesan dan stabilitas. Namun, Gen Z memiliki definisi berbeda tentang apa yang dimaksud dengan kesuksesan.
Menurut mereka, kebebasan memilih dan menjalani kehidupan sesuai dengan passion jauh lebih berarti. Dari sini, bisa dilihat bahwa kepemilikan rumah bukanlah tujuan utama bagi generasi ini.
Gen Z cenderung lebih memprioritaskan pengalaman yang berdampak positif terhadap perkembangan diri. Ini membuat mereka memilih untuk menyimpan uang untuk traveling, menghadiri seminar, atau bahkan berinvestasi dalam bisnis yang mereka jalani.
Fleksibilitas dan mobilitas tinggi menjadi ciri khas Gen Z. Mereka tidak ingin terikat dengan lokasi tertentu, sehingga mempengaruhi keputusan untuk tidak membeli rumah. Sebaliknya, mereka lebih suka menyewa tempat tinggal yang dapat dengan mudah berpindah sesuai kebutuhan.
Seiring dengan meningkatnya biaya hidup, membeli rumah menjadi semakin sulit dijangkau. Hal ini mendorong banyak Gen Z untuk menunda keputusan membeli rumah dan lebih memilih solusi yang lebih fleksibel.
Transformasi Gaya Hidup Menjadi Remote Working dan Digital Nomad
Tren remote working telah menciptakan peluang baru bagi Gen Z untuk bekerja dari mana saja. Ini memberi mereka kebebasan untuk menjelajahi dunia tanpa harus terikat oleh lokasi kantor tertentu.
Kesempatan ini mengubah cara mereka melihat perumahan. Dengan bekerja dari berbagai lokasi, banyak Gen Z beralih ke penyewaan apartemen atau co-living space yang menawarkan fleksibilitas.
Pola pikir digital nomad semakin berkembang di kalangan Gen Z. Banyak dari mereka yang memilih untuk berpindah-pindah kota untuk mengeksplorasi budaya baru sambil tetap bekerja secara efisien.
Model kerja ini membutuhkan penyesuaian dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk tempat tinggal. Bagi mereka, memiliki rumah tetap tidak lagi relevan dengan gaya hidup yang mereka jalani.
Keberadaan teknologi yang memungkinkan pekerjaan dilakukan di mana saja mendukung tradisi baru ini. Gen Z memanfaatkan berbagai aplikasi untuk menemukan tempat tinggal yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Tantangan Keuangan yang Dihadapi oleh Gen Z dalam Memiliki Rumah
Kesulitan finansial menjadi isu signifikan bagi Gen Z yang ingin memiliki rumah. Banyak dari mereka mengalami masalah dalam mengakses kredit untuk kepemilikan rumah.
Proses pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sering kali dianggap berbelit-belit. Ditambah lagi, banyak Gen Z yang belum memiliki formasi kredibilitas yang kuat untuk mendapatkan pinjaman.
Kondisi ini berkontribusi pada keputusan mereka untuk lebih memilih menyewa daripada membeli. Hal ini semacam pelepasan dari tekanan yang ada untuk memiliki rumah.
Tantangan finansial lainnya termasuk biaya hidup yang terus melambung. Hal ini mendorong banyak Gen Z untuk berpikir ulang tentang investasi properti.
Dengan berbagai tantangan tersebut, semakin jelas bahwa Gen Z lebih realistis dalam mengambil keputusan finansial. Mereka lebih selektif dan mempertimbangkan aspek lain yang lebih sesuai dengan gaya hidup mereka.













