Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME), memulai proyek ini pada tahun 2026. Proyek ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG yang sedang meningkat setiap tahunnya.
Sejalan dengan komitmen tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menekankan bahwa hilirisasi ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Dengan adanya proyek ini, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional dan menciptakan peluang ekonomi baru.
Proyek hilirisasi DME ini juga menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pemilihan teknologi yang sesuai hingga pengelolaan investasi. Dengan latar belakang tersebut, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan berperan aktif dalam finalisasi proyek DME ini melalui kajian lebih lanjut.
Rincian Proyek Hilirisasi DME yang Dilaksanakan oleh Pemerintah
Bahlil menjelaskan bahwa proyek hilirisasi batu bara menjadi DME ini telah melewati fase pra-feasibility study, dan saat ini sedang dalam proses finalisasi. Terdapat 18 proyek hilirisasi di mana DME menjadi salah satunya, menunjukkan fokus pemerintah pada diversifikasi energi.
Penentuan mitra yang akan terlibat dalam proyek ini akan sepenuhnya ditentukan oleh Danantara. Menurut Bahlil, keikutsertaan teknologi dari China dan Eropa menjadi fokus utama, mengingat kedua negara tersebut memiliki pengalaman dalam teknologi DME.
Saat ini, kebutuhan LPG di Indonesia mencapai 8,6 juta ton setiap tahun, sementara kapasitas produksi dalam negeri hanya 1,3 juta ton. Dengan kata lain, sekitar 6,5 hingga 7 juta ton LPG dipenuhi melalui impor, yang menjadi faktor pendorong implementasi proyek ini.
Peluang dan Tantangan dalam Implementasi Proyek DME di Indonesia
Implementasi proyek hilirisasi ini membuka peluang besar bagi sektor industri dan ekonomi di Indonesia. Jika berhasil, ini bisa mengurangi ketergantungan pada barang impor dan menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, tantangan yang dihadapi tidak sedikit, termasuk dalam hal pengadaan teknologi dan investasi yang diperlukan. Bahlil menegaskan bahwa pemilihan teknologi yang efisien akan menjadi kunci dalam keberhasilan proyek ini.
Pemerintah juga perlu memastikan bahwa proses hilirisasi ini berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal ini penting untuk mendukung visi Indonesia dalam mencapai energi bersih dan berkelanjutan di masa depan.
Impact Proyek DME Terhadap Sektor Energi dan Ekonomi Nasional
Jika proyek DME sukses dilaksanakan, ini akan memberikan dampak positif bagi sektor energi di Indonesia. Dampak tersebut diharapkan dapat mengurangi defisit neraca perdagangan yang disebabkan oleh impor LPG yang tinggi.
Dengan keberlanjutan dan efisiensi dalam produksi DME, kebutuhan energi nasional dapat terpenuhi lebih baik. Ini bukan hanya akan mengurangi biaya impor, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan industri dalam negeri.
Selain itu, proyek ini juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar energi global. Kesuksesan dalam hilirisasi akan memberikan sinyal positif bagi investor domestik dan asing untuk berinvestasi di dalam negeri.











