PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) berkomitmen untuk menjaga mutu produk bahan bakar minyak (BBM) yang diproduksi agar sesuai dengan standar yang ditentukan. Uji coba kualitas ini dilaksanakan secara menyeluruh di semua kilang, termasuk di lokasi Cilacap, Jawa Tengah, yang merupakan salah satu yang terpenting dalam jaringan produksi BBM nasional.
General Manager Kilang Cilacap, Wahyu Sulistyo Wibowo, menjelaskan bahwa kilang tersebut tidak hanya memproduksi berbagai jenis BBM, tetapi juga inovasi baru seperti Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang berasal dari minyak jelantah. Hal ini menunjukkan langkah perusahaan dalam beradaptasi dengan kebutuhan energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Wahyu menegaskan bahwa semua produk BBM yang akan dipasarkan ini melewati serangkaian tes di laboratorium internal. Prosedur ini penting untuk menetapkan kualitas produk, termasuk Research Octane Number (RON) yang menjadi acuan utama untuk penilaian bahan bakar yang akan dijual ke konsumen.
Proses Pengujian Kualitas Bahan Bakar yang Ketat dan Terstandardisasi
Untuk memastikan bahwa setiap produk berada pada kualitas terbaik, KPI menggunakan mesin CFR (Cooperative Fuel Research) dalam pengujian. Mesin ini adalah alat standar internasional yang digunakan untuk menilai ketahanan bahan bakar terhadap knocking atau detonasi yang bisa merusak mesin kendaraan.
Wahyu menjelaskan bahwa mesin ini dapat mensimulasikan kondisi pembakaran dalam mesin kendaraan. Dengan kontrol ketat pada tekanan, suhu, dan rasio kompresi, hasil yang didapat dapat diandalkan untuk mengevaluasi kesesuaian kualitas bahan bakar dengan standar yang berlaku.
“Hasil pengujian sangat penting untuk memastikan bahwa seluruh produk yang kami pasarkan memiliki kualitas tinggi. Bahkan, sering kali hasil pengujian menunjukkan angka yang melebihi spesifikasi yang ditetapkan,” tambah Wahyu.
Pentingnya Memenuhi Standar Kualitas dalam Produk BBM
Kualitas BBM yang baik tidak hanya berdampak pada performa kendaraan, tetapi juga pada efisiensi dan keselamatan di jalan. Oleh karena itu, Wahyu memastikan bahwa setiap langkah produksi dan pengujian telah melalui prosedur yang ketat.
Sebagai contoh, produk BBM jenis Pertalite yang memiliki RON minimum 90 dapat menghasilkan angka yang lebih baik dalam pengujian, seperti RON 90,1 atau 90,2. Jika angka yang diperoleh lebih rendah dari standar, produk tersebut tidak akan dipasarkan hingga pengujian ulang mengonfirmasi kualitasnya.
“Komitmen kami adalah tidak menjual BBM dengan spesifikasi di bawah yang ditentukan. Kami ingin memberikan kepastian kepada masyarakat bahwa bahan bakar yang mereka gunakan adalah yang terbaik,” ungkap Wahyu dengan tegas.
Inovasi dalam Produksi Bahan Bakar Menuju Energi Berkelanjutan
Kilang Cilacap juga menjadi pionir dalam pengembangan produk baru seperti SAF. Bahan bakar ini merupakan inovasi yang memanfaatkan limbah, khususnya minyak jelantah, sebagai bahan baku. Ini adalah langkah strategis dalam mendukung transisi energi menuju solusi yang lebih bersih.
Pengembangan SAF merupakan respon terhadap kebutuhan dunia penerbangan yang semakin mendesak untuk mengurangi emisi karbon. Pihak yang berwenang sangat antusias dengan inovasi ini karena dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang tidak terbarukan.
Peluang untuk mengembangkan produk semacam ini menunjukkan bahwa industri BBM tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini, tetapi juga memperhatikan dampak lingkungan jangka panjang. Ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan yang harus dipenuhi.













