Medan menjadi salah satu lokasi penting dalam penyelenggaraan festival yang membahas isu-isu keuangan. Acara ini menghadirkanketua-ketua yang berpengalaman di bidang finansial, untuk membagikan wawasan tentang pengelolaan keuangan yang bijak dan berkelanjutan. Dalam kondisi saat ini, di mana gaya hidup hedon semakin menjamur, penting bagi individu untuk memahami manajemen keuangan dengan baik.
Kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan uang sering kali diabaikan, padahal hal ini sangat krusial. Dalam rangka meningkatkan literasi keuangan, LPS Financial Festival 2025 diadakan untuk memberi pemahaman yang lebih mendalam tentang investasi dan perencanaan keuangan bagi seluruh masyarakat.
Dari berbagai lini kehidupan, banyak masyarakat yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Contohnya, penggunaan media sosial yang melimpah membuat orang-orang lebih cenderung melakukan konsumsi impulsif, mengabaikan kondisi keuangan sebenarnya.
Mengapa Gaya Hidup Hedon Perlu Dihindari dalam Pengelolaan Keuangan
Gaya hidup hedon, yang seolah mengutamakan kesenangan sesaat, dapat menyebabkan krisis keuangan bagi individu. Ketika seseorang lebih fokus pada pencapaian status sosial melalui pamer barang-barang mewah, mereka cenderung mengabaikan kewajiban finansial yang seharusnya dipenuhi.
Fenomena ini bukan hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga remaja yang terpengaruh oleh keterpaparan media. Akhirnya, sikap FOMO (Fear of Missing Out) pun berkembang, di mana individu merasa terdorong untuk mengikuti tren tanpa mempertimbangkan dampak keuangan.
Hal ini diungkap oleh Herjunot Ali, seorang aktor sekaligus Industry Specialist Film Investment, yang menegaskan pentingnya pemahaman literasi keuangan. Mengelola uang tidak hanya soal berapa banyak yang diperoleh, tetapi juga bagaimana cara memprioritaskan pengeluaran sesuai kebutuhan.
Pentingnya Memahami Klasifikasi Kebutuhan
Dalam konteks pengelolaan keuangan, Raline Shah, yang juga hadir dalam festival tersebut, membagikan pandangannya tentang klasifikasi kebutuhan. Dia menyatakan bahwa kebutuhan manusia terbagi menjadi tiga kategori: primer, sekunder, dan tersier.
Kebutuhan primer mencakup hal-hal dasar seperti makanan dan tempat tinggal, sedangkan kebutuhan sekunder melibatkan alat komunikasi serta transportasi. Di sisi lain, kebutuhan tersier berisi barang-barang atau layanan mewah yang sebenarnya tidak diperlukan.
Dengan memahami klasifikasi ini, individu dapat lebih bijak dalam menentukan bagaimana cara pengeluaran mereka. Hal ini sangat krusial untuk meminimalkan risiko terjebak dalam gaya hidup hedon yang merugikan.
Strategi Pengelolaan Keuangan yang Efektif
Seorang pemimpin bidang Marketing Communication di sebuah bank menjelaskan bahwa banyak orang terjebak dalam sikap FOMO, yang membuat mereka menghabiskan uang tanpa perencanaan yang matang. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah membagi pengeluaran dalam proporsi yang seimbang.
Hendy Arief mengingatkan pentingnya pembagian alokasi keuangan, di mana saran umum menunjukkan pembagian sebesar 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk gaya hidup, dan 20% untuk tabungan. Pembagian ini tentunya bergantung pada situasi finansial masing-masing individu.
Dengan cara ini, individu dapat mengoptimalkan penghasilan mereka dan menghindari kesulitan keuangan di masa depan. Kendati demikian, individu harus tetap bijak dalam mengevaluasi kondisi keuangan mereka sebelum mengikuti tren yang ada.
Pendidikan dan Kesadaran dalam Berinvestasi
Masyarakat perlu menyadari bahwa berinvestasi adalah langkah penting setelah mengatur keuangan rutin dengan baik. Michael Yeoh, seorang trader profesional, menyoroti bahwa ada banyak instrumen investasi yang dapat dipilih, tetapi semua itu harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing individu.
Penting juga untuk diingat bahwa peluang investasi seperti saham dan reksadana memiliki risiko dan potensi keuntungan yang berbeda. Sementara saham menawarkan imbal hasil tinggi, reksadana cenderung lebih stabil, walaupun akumulasi keuntungannya mungkin memakan waktu lebih lama.
Michael juga menekankan bahwa tidak ada jaminan reksadana dapat mengalahkan indeks pasar secara konsisten. Oleh karena itu, evaluasi mendalam tentang manajer investasi sangatlah penting bagi siapa pun yang ingin melakukan investasi di reksadana.
Saran datang juga dari Caroline Setiabudi, Kepala Digital dan Komunikasi Pemasaran di sebuah bank, yang menekankan pentingnya analisis pribadi sebelum membuat keputusan investasi. Setiap investor perlu menyadari profil risiko mereka sendiri agar dapat mengambil keputusan yang paling tepat.
Caroline mendorong pelaku investasi untuk melakukan diversifikasi dalam portofolio mereka. Dengan cara ini, risiko yang dihadapi dapat dikelola lebih baik, menawarkan peluang yang lebih aman ketika salah satu instrumen mengalami penurunan nilai.
Situasi di pasar sering kali tidak terduga; dengan diversifikasi, diharapkan ada instrumen yang tetap menunjukkan kinerja baik meski yang lainnya tidak. Inilah pentingnya mempersiapkan strategi investasi yang matang dan berbeda-beda agar dapat bertahan dalam segala kondisi.