Harga emas di pasar global menunjukkan kenaikan signifikan berkat optimisme investor mengenai pemangkasan suku bunga. Pada tanggal 6 Oktober 2025, harga emas berjangka melonjak hingga 1,7%, mencapai nilai US$3.948,50 per troy ons, mendekati batas psikologis yang dianggap penting, yaitu US$4.000.
Roketnya harga logam mulia tersebut terjadi di tengah ketidakpastian yang disebabkan oleh penutupan pemerintahan AS, yang telah memasuki minggu kedua. Penutupan ini mengakibatkan tertundanya sejumlah rilis data ekonomi yang kunci, termasuk laporan ketenagakerjaan untuk bulan September, yang biasanya dijadikan acuan oleh investor.
Dari informasi yang diperoleh, penutupan pemerintahan ini terlihat akan mempengaruhi keputusan Federal Reserve mengenai suku bunga. Dengan informasi yang terbatas, keputusan yang diambil bisa saja tidak tepat sasaran, dan para pelaku pasar pun mulai memperkirakan adanya penurunan suku bunga hingga dua kali lagi sebelum tahun berakhir.
Dalam kondisi seperti ini, daya tarik emas meningkat, karena logam mulia ini tidak menawarkan imbal hasil seperti obligasi pemerintah. Semakin rendah suku bunga, semakin besar minat investor untuk beralih ke aset yang dianggap lebih aman.
“Siklus pengetatan moneter sedang berakhir, dan emas biasanya akan mendapatkan keuntungan dari situasi ini,” ungkap seorang analis pasar terkemuka. Hal ini menunjukkan bahwa investor mulai melihat emas sebagai alternatif investasi yang menarik.
Penguatan Emas dan Dampaknya pada Investasi Lain
Di luar emas, logam mulia lainnya seperti perak juga mengalami kenaikan. Nilai perak naik 1% menjadi US$48,08 per troy ons, mencapai nilai penutupan tertinggi sejak 2011. Kenaikan ini menandai bahwa tren positif terkait dengan logam mulia tidak hanya terbatas pada emas saja.
Sementara itu, indeks saham di pasar AS, seperti S&P 500, juga mencatatkan rekor baru. Indeks tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,4% dan mencapai penutupan ke-32 kalinya dalam tahun ini. Hal ini menunjukkan sentimen positif terhadap pasar saham, meskipun ada ancaman dari ketidakpastian ekonomi global.
Nasdaq Composite, yang dikenal dengan fokusnya pada saham teknologi, mengalami kenaikan yang lebih signifikan yaitu 0,7%, mencatatkan level tertinggi sepanjang masa untuk ke-31 kalinya. Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan tipis, namun itu tidak menghentikan kebangkitan indeks lain yang sedang melonjak.
Dengan terus meningkatnya minat terhadap emas dan perak, banyak analis berpendapat bahwa restrukturisasi kebijakan moneter nantinya dapat berdampak positif bagi kepemilikan aset non-fiat seperti emas. Investasi dalam aset ini dianggap aman dalam jangka panjang.
Kondisi Pasar Cryptocurrency dan Aset Digital
Di sisi lain, pasar cryptocurrency juga tidak ketinggalan dalam mencatatkan pertumbuhan. Bitcoin, sebagai mata uang kripto paling berharga, bergerak di atas kisaran US$125.000. Setelah mencapai puncaknya di US$126.273 pada akhir pekan lalu, banyak yang melihat ini sebagai sinyal positif dalam kinerja aset digital.
Beberapa analis mengingatkan bahwa lonjakan minat terhadap emas dan Bitcoin dapat dipandang sebagai strategi melindungi nilai aset. Ini menunjukkan adanya keinginan dari investor untuk mengandalkan aset yang tidak terikat pada kebijakan moneter tertentu, terutama di tengah ketidakpastian global.
Nama-nama besar di industri teknologi juga mendapatkan perhatian lebih dari investor. Saham perusahaan-perusahaan yang berfokus pada kecerdasan buatan mengalami lonjakan berarti. Salah satu contohnya adalah Advanced Micro Devices, yang mencatatkan kenaikan 24% setelah kesepakatan besar dalam industri AI.
Dengan kolaborasi antara AMD dan OpenAI, perusahaan ini berhasil meraih kapitalisasi pasar lebih dari US$63 miliar. Lonjakan kapitalisasi pasar ini adalah yang terbesar dalam sejarah satu hari, mencerminkan betapa pentingnya sektor teknologi dalam perekonomian saat ini.
Faktor Ekonomi Lain yang Mempengaruhi Pasar
Dalam berita lain, imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun mencatat sedikit kenaikan, mencapai 4,161%. Kenaikan ini terjadi seiring dengan penurunan harga obligasi, yang umumnya merupakan sinyal bahwa investor bersiap untuk mengantisipasi kebijakan moneter yang akan datang.
Beberapa investor cenderung mengabaikan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh penutupan pemerintahan AS. Mereka menganggap peristiwa tersebut sebagai hal yang biasa dan berulang, serta lebih memilih untuk fokus pada musim laporan keuangan kuartal ketiga yang akan segera tiba.
Sementara itu, di pasar internasional, kondisi ekonomi di Jepang menunjukkan tren positif. Nikkei melesat ke rekor tertinggi setelah pemilihan ketua baru Partai Demokrat Liberal yang mendukung kebijakan ekspansionis. Ini mencerminkan bagaimana perubahan politik dapat mempengaruhi arah pasar saham.
Sementara itu, di Prancis, situasi terlihat berbeda saat imbal hasil obligasi mengalami kenaikan, sementara saham justru mengalami penurunan setelah pengunduran diri perdana menteri. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya medan ekonomi global dan bagaimana berbagai faktor dapat saling berinteraksi.