Jakarta – KH Muhyiddin Ishaq, Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, menggarisbawahi peran historis NU dalam perjuangan Indonesia. Dalam pandangannya, NU bukan hanya organisasi sosial, tetapi juga memiliki akar yang kuat dalam sejarah kemerdekaan negara ini.
Peraihan kemerdekaan tidak dapat dilepaskan dari peran aktif para ulama dan santri yang berjuang dengan semangat yang membara. NU, sebagai bagian dari gerakan Islam, memiliki kontribusi vital dalam mobilisasi massa untuk menghadapi penjajah.
Muhyiddin menegaskan bahwa resolusi jihad yang dikeluarkan para ulama pada tahun 1945 menjadi titik balik yang menegaskan komitmen NU terhadap kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, penting untuk menghargai posisi NU dalam narasi sejarah bangsa.
Peran Strategis NU dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Sejarah mencatat bahwa pada 22 Oktober 1945, resolusi jihad menjadi landasan bagi perlawanan rakyat Indonesia. Tanpa resolusi tersebut, tantangan dari tentara sekutu dan NICA akan semakin berat dihadapi.
Muhyiddin menjelaskan bahwa tentara sekutu telah menghancurkan kekuatan Jepang, sementara pejuang lokal hanya memiliki senjata yang amat terbatas. Dalam konteks ini, resolusi jihad menjadi sangat krusial untuk menyatukan kekuatan umat Islam di seluruh Indonesia.
Dalam situasi yang genting, Presiden Sukarno meminta bantuan dan dukungan dari para kiai dan santri di pesantren, menunjukkan pentingnya peran ulama. Dengan langkah tersebut, beliau ingin memastikan bahwa semangat perjuangan tetap berkobar dalam menghadapi pasukan yang lebih kuat.
Relasi Antara Pemerintah Provinsi dan PWNU DKI Jakarta
Dalam acara yang diadakan di Balai Kota DKI Jakarta, Muhyiddin menggambarkan hubungan antara Pemprov DKI dan PWNU sebagai kemitraan yang saling menguntungkan. Istilah komisaris dan direksi digunakan untuk menjelaskan dinamika kerja sama antar lembaga pemerintahan dan organisasi keagamaan.
Hubungan ini tidak hanya simbolis, tetapi juga mencerminkan kolaborasi yang nyata dalam mengatasi berbagai masalah sosial. Muhyiddin percaya bahwa kedua entitas ini dapat bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jakarta.
Dengan nada humor, ia menggambarkan bahwa Pemprov dan PWNU memiliki tujuan yang sama yakni menyelenggarakan kebaikan bagi masyarakat. Keterlibatan PWNU dalam berbagai program pemerintah adalah contoh konkret dari sinergi tersebut.
Pendidikan Pesantren dalam Mencetak Generasi Penerus
Pesantren, sebagai lembaga pendidikan tradisional, menjadi pilar penting dalam membentuk karakter santri yang cinta tanah air. Melalui pendidikan agama dan wawasan kebangsaan, para santri dipersiapkan menjadi generasi yang bertanggung jawab di masa depan.
Muhyiddin menekankan pentingnya sinergi antara pendidikan formal dan non-formal. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kurikulum pendidikan nasional, maka generasi berikutnya diharapkan dapat menghargai sejarah serta budaya bangsanya.
Dalam konteks ini, pesantren bukan hanya sekadar tempat pengajaran agama tetapi juga menjadi tempat bertumbuhnya nilai-nilai kebangsaan. Hal ini penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih beradab dan berintegritas.













